Kamis, 07 April 2011

Hakuna Matata: Pernikahan Yang Berdasarkan Cinta

Hakuna Matata: Pernikahan Yang Berdasarkan Cinta: "Sebuah pernikahan yang bahagia adalah pernikahan yang dilakukan atas dasar CINTA; cinta kepada Allah dan Rassul. Tidak sedikit pasangan meni..."

Pernikahan Yang Berdasarkan Cinta

Sebuah pernikahan yang bahagia adalah pernikahan yang dilakukan atas dasar CINTA; cinta kepada Allah dan Rassul. Tidak sedikit pasangan menikah yang menyesali pernikahannya disebabkankan cinta palsu. Apapun kondisinya kalau merujuk pada aturan Allah dan sunnah Rasul, maka tidak akan ada keluh kesah apalagi penyesalan.

Permasalahan pasangan menikah yang biasa kita sebut keluarga baru, tidak sedikit itemnya. Mulai dari perbedaan (yang sudah pasti ada), ekonomi, komonikasi, keluarga besar, dan keturunan.

Sejenak aku ingin ber- flash back; dulu saat berkenalan dengan calon suami (suamiku sekarang) yang kebetulan berasal dari suku yang berbeda, ada sedikit keraguan yang membuat tekadku kembang kempis. Tetapi dengan memohon petunjuk Allah sedikit demi sedikit perasaan itu hilang karena semuanya aku pasrahkan ...jika harus terjadi terjadilah....Dan saat dia bertanya tentang adat pernikahan sunda (daerahku) ".....seperti apa?" Aku menjawab; "Kalau kita berpatokan pada hukum islam tidak akan ada yang berbeda".  Dan 'terlihat' jawabanku dapat membuatnya yakin.

Sebagai perempuan aku cukup realistis dalam menentukan kriteria calon suami (walaupun aku termasuk dalam daftar perempuan yang terlambat mendapatkan jodoh); dia harus punya "pekerjaan",  sehingga, dia bisa membiayai hidupnya dan keluarganya. Dan sebagai laki-laki, suami dan kepala keluarga dia punya "harga diri". Besar kecil penghasilannya itu tidak perlu dijadikan patokan karena itu adalah rizki yang sudah Allah atur. Selain itu aku punya keyakinan bahwa akupun masih bisa mendapatkan extra income yang dapat membantu menutupi kekurangan yang ada atau paling tidak aku bisa memenuhi kebutuhan dan keinginanku agar tidak bergantung pada suami.

'Kriteria' yang kedua adalah dia harus bersedia untuk menyediakan sebuah tempat tinggal yang membuat kami 'nyaman' dalam arti rumah yang kami tinggali hanya ada 1 keluarga. Tetapi sayang untuk yang satu ini dia tidak sanggup memenuhi 'janjinya', bukan karena alasan ekonomi tapi alasan lain yang membuatku harus bersabar.
 Dalam hal ini cukup dua kriteria saja, selebihnya itu diluar "jangkauanku".

Alhamdulillah....1 bulan menikah Allah sudah menunjukkan rasa sayangnya dengan memberikan calon janin bagi kami, dalam keadaan suasana hati yang tidak nyaman kunikmati masa kehamilanku yang tidak berlangsung lama (hanya 7 minggu), aku mengalami K E T (Kehamilan Ektopik Terganggu) atau hamil di luar kandungan (ektopic pregnancy) dan harus dilakukan tindakan operasi. Dalam kondisi di perantauan hal itu membuatku sangat amat terpukul. Dengan fasilitas pelayanan rumah sakit yang minim aku berusaha bertahan dan berserah diri pada Allah. Kalau mengingat hal itu pedih rasanya, tetapi itu jadi bahan renungan dan tetap berbaik sangka.

Enam bulan kemudian, Allah mengganti harapanku yang dulu hilang...alhamdulillah aku hamil lagi. Dengan kondisi fisik dan psikis yang belum pulih aku berjuang untuk mempertahankan harapanku. Pada usia tiga bulan kehamilanku, aku putuskan untuk 'mudik', hal ini aku anggap sangat-sangat wajar dilakukan seorang perempuan yang sedang hamil. Tidak banyak yang aku pertimbangkan saat itu...apapun yang akan terjadi, terjadilah.

Tanggal 9 Mei 2008 lahirlah puteraku dengan proses caesar, setelah melewati masa kehamilan yang sulit karena harus jauh dari suami, akhirnya aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Ada sesuatu yang lain yang aku rasakan; "kehangatan" aku diberi kesempatan dikunjungi saudara-saudaraku, keluarga dan teman yang turut mengiringi kebahagiaanku saat itu.
Hari ke 7 acara aqiqah diadakan dengan hanya menjalankan yang syarat utamanya saja, menggunduli kepalanya, menimbang rambutnya yang kemudian dihargakan dengan nilai emas saat itu, diberi nama; Helmy Mayza Dhamyan Lahay (Helmy artinya sabar dan berilmu, insya Allah. Mayza diambil dari bulan May, bahasa Inggris. Dhamyan diambil dari gabungan namaku dan suami. Lahay diambil dari nama fam suamiku). Dan memotong dua ekor kambing yang kemudian dibagikan dalam keadaan mentah.

Usia 3 bulan Helmy, kami (aku, suami dan anakku) akhirnya ditakdirkan untuk berkumpul karena suamiku mengikuti studi di Jogjakarta. Lagi-lagi aku harus hidup di perantauan. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun kami lewati dengan suka dan duka. Kami menikmati hidup kami dengan cara kami sendiri, yang kami sepakati. Every Saturday evening atau Sunday morning kami jadwalkan untuk Hangout, biar sekedar naik becak ke malioboro, jalan pagi di pasar pagi UGM (Univ. Gajah Mada) atau ke mall untuk belanja keb. bulanan atau hunting branded sale baju bayi, di AMPLAS (Ambarukmo Plaza), atau wisata kuliner tentunya, it'll always be an incredible moment bagi kami bertiga selama hidup di kota Gudeg (sayangnya suamiku tidak bisa makan).

Menjelang 2 tahun usia Helmy, dia mengalami kejang yang tanpa disebabkan panas tinggi dan aku putuskan untuk opname (menurutku itu yang terbaik). Tiga hari di rumah sakit, membuatku trauma karena betul-betul harus kami hadapi 'berdua" saja. Ditambah dengan kondisiku yang terlalu lemah untuk mengahadapi momen seperti ini (Helmy adalah segalanya bagiku, Subhanallah.........). Sejak itu aku putuskan untuk kembali 'mudik' karena aku merasa lebih 'kuat' berada di kota asalku sendiri, Bandung (mungkin hanya sugesti).

Perjalanan Bandung - Jogja menjadi rutinitas yang kami jalani, dan itu cukup menyenangkan, meskipun harus ada konsekuensinya tentu saja. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bisnis Batik menjadi aktivitas tambahan yang dapat menambah income tentunya. "Penjelajahan" kami perluas; Solo menjadi targetku untuk hunting Batik yang berkualitas dan lebih variatif. Untuk melengkapi koleksi merchandise, aku mencoba untuk menambahkan perhiasan perak, yang aku dapat dari Kota Gede, Jogjakarta.

Kini masa-masa itu harus segera kami akhiri, karena petualangan kami akan segera berganti episode. Episode baru yang akan lebih baik, lebih berkah, lebih kuat, lebih sabar dan lebih ikhlas tentunya.
Bagaimanapun aku berusaha untuk menikmati episode-episode dalam hidupku, dengan caraku sendiri tentunya. Aku bersyukur mempunyai suami yang shaleh yang dapat membimbingku untuk menjadi istri dan ibu yang sukses dunia akhirat. Aku selalu ingat uraian dalam sebuah buku (kalau tidak salah) Fiqih Ayah, yang aku baca sebelum menikah dulu; menganjurkan pada para perempuan untuk mencari calon suami yang shaleh, "....karena dengan demikian dia akan menjadi suami yang bertanggung jawab sekalipun dia tidak 'mencintaimu'......." layaknya cinta Romeo pada Juliet. Tapi aku yakin bahwa suamiku menyayangiku walaupun tidak terucap.

Semoga engkau selalu membimbingku, membahagiakanku, meyakinkanku  dan memafkan segala kekuranganku.



Hakuna Matata !!!!!!!!!!!!







 

Senin, 04 April 2011

Bila Hati Tersakiti...

.... maka anggota tubuh lainpun akan ikut berpartisipasi; Mulut tak kan lagi mau menyapa, bibir tak kan lagi mau tersenyum, mata tak kan lagi mau menatap, tangan tak kan lagi mau membantu, kaki tak kan lagi mau mendekat, telinga tak kan lagi mau mendengar, dan logika akan sirna tak kan lagi mau berpihak. Akan kah semua itu mengobati hati yang sekian lama terluka? Bisa ya bisa juga tidak. Tetapi ada obat yang sudah ditetapkan sebagai obat penawar luka hati yaitu; IKHLAS, walaupun sulit didapat tapi itulah ketentuannya. Allah sudah mengatur jalan hidup manusia sekecil apapun, Allah maha tau apa yang hati kita rasakan maka serahkanlah padaNYA. Bersusah payah kita memendam luka hati namun semua itu hanya sia-sia, buanglah jauh-jauh, enyahkan, musnahkan dan IKHLASkan. Bagaimanapun keadaannya; walau mentari enggan menyapa bahkan tersenyum, namun hari terus berganti, waktu terus melaju mengiringi usia yang meniti tak pernah henti. Tak ada yang perlu ditakutkan, gengsi dan harga diri bukanlah tujuan hidup semata. Hakuna Matata..........